"Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 cukup baik. Tahun depan beberapa lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi antara 6,3 persen sampai 6,5 persen. Kadin beranggapan ekonomi bisa tumbuh sampai 7% kalau syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi," katanya saat menyampaikan keterangan pers di kantor Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis.
Syarat-syarat yang dia maksud antara lain pembangunan infrastruktur energi, jalan, dan pelabuhan serta perbaikan sistem logistik nasional.
Di samping itu, menurut Suryo, pemerintah bersama pelaku usaha juga harus bahu membahu menyelesaikan persoalan dunia usaha.
Kadin Indonesia, ia melanjutkan, mengusulkan sepuluh program aksi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen tahun depan.
Pertama, menurut Kadin, pemerintah sebaiknya menaikkan level defisit yang selama ini ditetapkan 1,7 persen menjadi minimal 2,5 persen supaya tersedia cukup dana untuk memacu pergerakan sektor riil.
"Dana itu seyogyanya diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, kereta api dan lahan untuk kawasan industri," katanya.
Selanjutnya, Kadin Indonesia merekomendasikan pemerintah menitikberatkan orientasi pembangunan pada industri manufaktur bernilai tambah tinggi di sektor pangan, pertanian, maupun pertambangan supaya Indonesia tak lagi menjadi pengekspor bahan mentah.
"Ketiga, Kadin mengusulkan pemerintah menetapkan insentif fiskal dan moneter untuk mendukung upaya swasembada energi dan pangan," katanya.
Organisasi pengusaha itu juga menyarankan pemerintah memperbaiki kebijakan-kebijakan makro bidang investasi, perdagangan, dan perbankan yang selama ini menghambat upaya korporasi dalam meningkatkan daya saing.
Selain itu, menurut Suryo, pemerintah harus mendorong perbankan mengarahkan untuk investasi sektor riil, utamanya untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur yang sampai sekarang masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah, ia melanjutkan, juga harus mengupayakan penurunan tingkat suku bunga menjadi di bawah 10% seperti di negara-negara pesaing. "Supaya daya saing industri kita lebih kuat dan pertumbuhan sektor riil terpacu," katanya.
Program aksi lain yang direkomendasikan Kadin Indonesia adalah pembuatan rencana pengembangan industri prioritas, kampanye penggunaan produk dalam negeri dan peningkatan investasi di daerah. "Kalau usul-usul itu dijalankan kami yakin pertumbuhan ekonomi bisa sampai tujuh persen," katanya. (tk/ant)
Sumber : http://www.investor.co.id/macroeconomics/kadin-pertumbuhan-ekonomi-2011-bisa-sampai-7/2004
“Pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan menyerap lapangan kerja,” ujar Faisal, Kamis, 12 Mei 2011.
Sektor yang pertumbuhannya pesat menurut Faisal bukanlah sektor yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, misalnya sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 13,8 persen. Sektor perdagangan hotel dan restoran tumbuh 7,9 persen, sedangkan untuk sektor yang berbasis sumber daya alam dan daya serap tenaga kerja besar pertumbuhannya belum signifikan. “Padahal kan pertumbuhan bisa jauh lebih pesat kalau sektor yang berkembang itu berpengaruh luas pada masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, dia mengkritisi masih rendahnya belanja pemerintah. Padahal, jika dibanding belanja pemerintah tahun lalu yang minus, pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih besar tahun ini. Pengeluaran pemerintah pada triwulan I yang hanya 3 persen, kata Faisal, tidak berarti apa-apa. Padahal, tahun lalu pertumbuhan belanja pemerintah minus 46,6 persen. “Ini sama artinya dengan pemerintah tidak bekerja,” katanya.
Menurut Faisal, meski pengangguran turun menjadi hanya 6,8 persen dari 7,4 persen Februari tahun lalu, tidak berpengaruh signifikan. Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur. Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja. “Pertumbuhan yang ada tidak berkualitas,” katanya.
Angka pertumbuhan ekonomi di atas target pemerintah yang hanya 6,4 persen, menurutnya, belum bisa disebut sebagai prestasi. Pasalnya, target pertumbuhan 6,4 persen adalah angka yang sangat rendah yang pasti tercapai. “Kalau mau pemerintah harusnya berani di atas 7 persen,” katanya.
Selain itu, dia mengkritisi masih rendahnya belanja pemerintah. Padahal, jika dibanding belanja pemerintah tahun lalu yang minus, pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih besar tahun ini. Pengeluaran pemerintah pada triwulan I yang hanya 3 persen, kata Faisal, tidak berarti apa-apa. Padahal, tahun lalu pertumbuhan belanja pemerintah minus 46,6 persen. “Ini sama artinya dengan pemerintah tidak bekerja,” katanya.
Menurut Faisal, meski pengangguran turun menjadi hanya 6,8 persen dari 7,4 persen Februari tahun lalu, tidak berpengaruh signifikan. Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur. Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja. “Pertumbuhan yang ada tidak berkualitas,” katanya.
Angka pertumbuhan ekonomi di atas target pemerintah yang hanya 6,4 persen, menurutnya, belum bisa disebut sebagai prestasi. Pasalnya, target pertumbuhan 6,4 persen adalah angka yang sangat rendah yang pasti tercapai. “Kalau mau pemerintah harusnya berani di atas 7 persen,” katanya.
Menurut Faisal, kacaunya kebijakan ekonomi dan industri juga menjadi penyumbang lambatnya pertumbuhan ekonomi. “Sebetulnya kita bisa tumbuh lebih tinggi kalau pemerintah beres,” ujarnya.
Copyright © 2010 TEMPOinteraktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar